Perputaran waktu



Hai, lama juga tidak menulis disini. Setelah dilihat, ternyata jeda waktu dengan tulisan terakhir cukup jauh ya wkwk. Waktu yang lama terlewati ini bukan berarti kurang produkif ya, sedikit cerita aku ingin berbagi…

Tetang bayangan sebuah kelas yang sepi ditengah ujian. Kertas ujian yang berisikan soal essay tapi belum terjawab semua. Derit suara pintu menghilangkan fokusmu. Jam baru menunjukkan 30 menit terlewati, setelah pengawas memulai ujian. Tapi temanmu sudah meniinggalkan kelas dengan menjingjing tas. Apakah dia terlampau cerdas? Atau sudah menyerah? Mungkinkah dia sakit?

Mungkin juga kau kesal karna dia mengganggu konsentrasi ujianmu. Mungkin juga perputaran waktumu dan dia tidak sama.



Terkadang waktu yang 24 jam ini akan terasa sangat lambat, sangat cepat, bahkan mencekik. Mungkin disuatu malam waktu terasa sangat lambat karena hujan menderu sejak sore dan listrik tak kunjung menyala. Pernah juga malam terasa sangat cepat setelah satu season film kesukaanmu sudah khatam. Waktu memang 24 jam, namun perputarannya dapat terasa berbeda.

Aku pernah merasakan suatu malam yang sangat ‘mencekik’. Ketikan keyboard yang bersautan. Mata mulai remang. Kucing sudah mendengkur nyenyak. Namun, layar laptop masih menyala, dengan laporannya yang tak kunjung usai. Suara lagu yang mengiringi juga belum kujung lelah, hingga tiba pada lirik dari band favoritku, sekai no owari,

“I need one more night…  I need one more night…. Give me one more night…. One more night…”

Ya… waktu memang terasa sangat mencekik saat laporanmu belum kunjung usai, namun masjid mulai bersuara tanda subuh akan segera tiba, dan dirimu belum tidur tapi besok kuliah pagi wkwk

Perputaran waktu setiap orang berbeda. Malammu yang terasa mencekik itu bisa saja adalah malam dengan tidur ternyenyak milik tetangga kamar kosanmu. Perbedaan perputaran waktu ini juga dapat menjadi salah satu alasan sepasang kekasih bisa berteriak ‘Kamu berubah’ setelah cukup lama menjalani LDR *hiyahiyahiya

Peoritas mungkin dapat menjadi alasan mengapa perputaran waktumu terasa berbeda dengan orang lain. Temanmu yang keluar kelas duluan itu bisa saja sudah belajar semalam suntuk sehingga preoritasnya sekarang adalah tidur. Temanmu yang tidur nyenyak di kamar sebelah bisa saja sudah terlampau lelah karena harus berlatih dan mempersiapkan penampilan spektakulernya. Pasangan yang LDR itu bisa saja tidak menyadari, salah satu dari mereka kini ada yang ‘maju’ lebih cepat.

Belakangan ini, aku merasa ‘tidak cocok’ ketika harus bekerja dengan seseorang. Entah mengapa. Lalu, waktu yang terus berputar mulai menyadarkanku. Ya… mungkin preoritas kami memang berbeda. Dia dengan idealisme dunianya, dan aku dengan idealisme duniaku. Tidak ada yang salah, bila kau pandang idealisme itu dari arah masing-masing. Namun, idealisme itu bisa salah saat dipandang dari sisi yang lain.

Mungkin, di titik inilah sepasang kekasih dapat berkata ‘kamu berubah’, dan saat kurangnya komunikasi, tutup bukulah mereka. Titik ini menyadarkanku kalau waktu yang diberikan sama 24 jam, gelar sama yaitu mahaiswa, namun ketika preoritas berbeda, maka perputaran waktu diantara mereka akan berbeda.

Si akademisi mungin akan memilih segera pulang ketika kuliah berakhir, mengulang materi, menyelesaikan laporan, lalu malam hari pergi kumpul bersama tim lomba untuk persiapan final nasionalnya. Esoknya si akademisi harus bertemu dosen A, lusa presentasi di kota B, lusanya lagi pergi bersama C ke kota D karena ada lomba E. Berbeda lagi dengan perputaran waktu si aktivis yang pulang kuliah langsung membantu acara A, malamnya kumpul rapat B. Esoknya si aktivis ikut tampil di acara C, lusanya presentasi bersama D untuk program kerja E. lalu, apabila mereka memiliki kekasih, akankah si kekasih berkata ‘kamu berubah, kamu udah ga ada waktu lagi buat aku’.

Hmmm… disinilah perputaran waktu si akademisi dan si aktivis terasa lebih cepat. Apabila komunikasinya kurang, maka tanpa sadar mereka yang perputaran waktunya lebih cepat akan meninggalkan sekitarya.

Coba tarik nafas dulu,

Disekitarmu mungkin ada yang berkata ‘kok temenku udah ini-itu, aku masih gini-gini aja’ atau ‘ kok temenku sibuk banget sih’. Itu tandanya perputaran waktu diantara mereka mulai senggang. Preoritas mereka mulai berbeda. Hal ini juga terjadi padaku, ketika melihat banyak orang disekitarku yang sudah banyak memuat hal hebat, ikut acara bergengsi, atau memiliki prestasi menyilaukan. Ketika mencoba mengejar yang lain, tanpa sadar ada hal tertinggal, tanpa sadar aku dan dia langkahnya tidak beriringan lagi. Maaf ya kepada orang yang menganggap aku susah banget di ajak keluar dari Dramaga. Maaf juga kalau jarang menanyakan kabar, padahal aku tidak tahu sudah sampai mana perputaran waktu milikmu.

Lalu, salah ga sih kalau perputaran waktu kita masih terasa lambat padahal temen-temen lain perputarannya sudah cepat? Hmmm… itu kembali ke preoritas kamu, kalau preoritas kamu lulus cepat,  sudah saatnya menentukan topik dan mulai mencicil. Kalau preoritasmu kerja di perusahaan nasional paling keren sudah saatnya meningkatkan softskill. Kalau kamu mau jadi entepreneur, sudah saatnya cabut kuliah dan banyak main agar banyak relasi wkwk * ga deng :v

Menurutku, tidak ada yang salah dengan perputaran waktu. Waktu yang kamu habiskan dengan keluarga, dengan teman, dengan passionmu, selama bermanfaat maka lanjutkan saja.

Hal yang pasti cuma satu, jangan lupa preoritasmu terhadap agamamu. Semua pencapaianmu tak akan pernah ada tanpa Ridho-Nya. Semua hal yang belum tercapai mungkin karena waktumu dan Dia kurang.
Karena perputaran waktu itu akan membuat orang lulus tepat waktu atau lulus tepat pada waktunya.

Hal yang pasti juga, orang yang paling baik adalah yang berguna bagi sekitarnya. Jadi teruslah berkarya, karna tak ada yang tau kapan perputaran waktu ini akan berhenti.

Selamat berkarya,

Karya kecilmu mungkin akan mengispirasi orang-orang disekitarmu!

Comments

Post a Comment

Popular Posts