Goresan Kecil di UKS

  post-an ini seharusnya aku upload sejak lama, sejak akhir kelas sepuluh. Tapi waktu berkata lain, aku baru bisa ngepost ini sekarang dan yang harusnya membaca ini sudah....


          


 Masih teringat olehku ketika aku memilih jalan untuk pergi ke sini, terkadang terasa sakit, namun di balik rasa sakit itu terdapat sesuatu yang indah. Walau keindahan itu hanya sementara. “Nis lu serius?” “Nem lu lumayan loh” “SMA negri di sini pasti dapet” “Punya prestasi non akademik juga kan?” “PESANTREN?” pertanyaan-pertanyaan itu mengelilingi kupingku, menyayat hatiku~ tapi ini tetap pilihanku.
                Aku masuk ke pesantren atau aku lebih suka menyebutnya boarding yang berarti asrama. Banyak hal baru yang aku pelajari di sini. Hal yang paling terasa adalah kebersamaannya, lalu Agama dan Bahasa Arab yang di tekankan hmmm dan tahfidz (hafalan qur’an) yang terkadang mengerikan. Namun, semua itu tidak sesuai harapanku. Aku ingin benar-benar bisa b.arab tapi di sini, saat ngadepin soal rasanya mules -__-  Selain itu di agama memang bertambah baik namun ada beberapa materi yang sangat ingin aku perdalam di smp tapi tidak ku dapati di sini seperti perhitungan hilal, zakat, waris, debat tentang agama. Sedangkan tahfidz, well hafalan nambah dan bisa dipertahanin tapi, di sekolahku yang hafalannya di atas 10 juz udah banyak dan rata-rata anak memiliki cita-cita untuk menjadi seorang hafidzah (penghafal al-qur’an) aku bukan apa-apa di sana. Hmmm, mengecewakan lagi. Mungkin hanya kebersamaan yang paling menyenangkan di sini, kami tinggal bersama, di kamar yang sama, belajar bersama, makan bersama, semua hal dilakukan bersama dengan saling tolong menolong. Namun, saat mencintai seseorang kita juga mendapat sebuah konsekuensi, yaitu perpisahan. Perpisahan yang terasa menyakitkan.
                Perpisahan itu terjadi di UKS, UKS sekolahku, UKS SMAHABAS. Awalnya aku bukan orang yang peduli dengan uks, aku tidak suka pergi ke uks. Tapi disini memiliki aturan apabila sakit kita harus pake kudu dirawat di uks, pasti menyebalkan tinggal di tempat sepi yang banyak orang sakit sedang istirahat. Lantas aku berfikir ada apa di uks? Kasur untuk istirahat, obat-obatan dan orang yang merawat. Akupun memutuskan untuk membawa beberapa obat pribadi agar tidak pergi ke tempat itu. Tapi, itu bukan yang terbaik.
                Ath-Tibun Nabawi adalah salah satu eskul di sekolahku, esktrakulikuler ini menjelaskan dan mempraktekan perawatan dan pengobatan kesehatan ala Rasulullah saw. Cara agar kita bisa menjaga tubuh yang saling berhubungan ini, adalah dengan menjaganya dengan keseluruhan, tidak bisa hanya satu bagian. Ini adalah sebuah eskul yang aku ikuti, disanalah aku berkenalan dengan salah satu pegawai uks, Bu Sulis namanya. Kesan pertamaku saat bertemu dengannya adalah ‘hiperaktif’. Sebagai seorang guru yang sudah memiliki anak lebih dari 4  dan bercucu, cara pembawaanya sangat muda, gaul dan heboh. Bu sulis terlihat muda, seperti orang yang baru berkepala 3, putih, langsing, kulitnya terusus, sangat perhatian terhadap muridnya, dan pelajaran yang ia ajarakan sangat unik untukku. Kesan pertama inilah yang membuatku sangat tertarik dengan ath-tibun nabawi.
                Waktu berlalu, aku semakin menyukai eskul ini dan ketika aku sakit aku mencoba mempraktekan teori ini. Aku tidak meminum obat kimia yang akan menyembuhkan sakit namun berbahaya untuk hati. Aku pun pergi ke uks untuk bertemu bu sulis, disana aku juga bertemu dengan seorang kaka perawat yang sangat cantik menurutku. Kaka itu memeriksaku dengan perhatian dan lembut, mungkin ia adalah suster yang sangat hebat. Bu sulis selalu mendampingi kaka itu menjelaskan gejala penyakin, penyebab, penanggulangan, dan cara penyembuhan. Saat itu aku tersadar uks sekolahku sangat hebat. Fasilitasnya tergolong lengkap, 4 kasur yang nyaman dengan tirai hijau panjang yang rapi, beberapa lemari kecil penuh dengan obat herbal, dan di akhir kelas 10 aku baru sadar itu adalah herbal yang cukup mahal dan berkualitas pilihan bu Sulis, rak kecil dengan peralatan terapi seperti alat bekam yang tersusun rapi dan beberapa rotan pijat, dan di depan pintu masuk terlihat kasur untuk pemeriksaan dan meja dokternya. Selain itu kelebihan uksku adalah penjaganya yang berpengalaman dan sangat perhatian. Aku pikir ini lebih seperti klinik. Setelah meminum beberapa obat darinya aku merasa lebih baik, bahkan dari sebelum sakit.
                Suatu hari aku pergi menemani temanku ke uks, ternyata ia sudah sangat dekat dengan kaka cantik itu, ka Luthfi namanya. Kami mengobrol selagi menunggu temanku di periksa. Ada beberapa hal yang aku sadari, Bu Sulis ternyata sedang mengajar beberapa orang untuk melakukan kiropraktik, yaitu keterampilan untuk memperbaiki fungsi organ tubuh dengan melakukan pelurusan atau harmonisasi tulang belakang. Aku sadar UKS bukan tempat orang sakit saja, tapi juga tempat menuntut ilmu kedokteran islam!
                Semenjak hari itu aku suka pergi ke uks, karena di sana kami dapat saling bertukar pikiran mengenai banyak hal, Bu Sulis selalu mempunyai jawaban hebat dan seru yang entah mengapa selalu ada kaitannya dengan kesehatan ._.v selain itu Ka Luthfi mempunyai pikiran yang terbuka dan rasa ingin tahu yang tinggi, mengobrol dengan mereka sangat mengasikan! Rasanya semua waktu yang kami habiskan iu selalu ada hal baru yang aku pelajari.
Disamping itu semua, Bu Sulis sudah aku anggap seperti ibu ke-2 ku. Ia adalah ibuku di Hasmi, ia mengajari banyak hal kepadaku. Saat aku galau atau sedih ia selalu memberikan nasihat dan motivasi yang keren dan benar benar membuatku merasa baik. Ia selalu mengetahui saat aku badmood walau sudah kupendan dan walau kami jarang bertemu, beliau seperti langsung mengetahui isi hatiku seperti apa. Hmmm, mungkin ituadalah feeling seorang terapis xD Sedangkan ka Luthfi seprti kaka untukku, ia sangat hebat mengendalikan emosinya, sangat lembut dan perhatian saat merawat kami di uks, namun sangat tegas dan kreatif saat pramuka. Mereka adalah orang-orang hebat yang aku sayang. Mereka adalah orang-orang yang membuka mata dan hatiku bahwa asrama itu menyenangkan! Di sini aku belajar ilmu yang ingin suatu hari aku kembangkan di Jepang, sebuah ilmu kedokteran yang menjunjung tinggi ilmu agama islam. Ini adalah sbuah hal yang paling aku syukuri dan tidak akan kutemui apabila aku masuk ke sekolah negri.
Pernah suatu hari aku tidak enak badan dan badmood banget lalu, Bu Sulis pergi ke sakanku (asrama) dan kita ngobrol di kasur, ini jarang banget terjadi karena dia adalah dokter penjaga UKS yang susah-susah datang hanya uuntuk aku seorang! Hmmm, rasanya tuh seneng banget. Selain itu bu Sulis selalu mempunyai topik yang unik saat mengobrol. Pernah juga terjadi sebuah kebetulan, saat itu temanku memberi tahu kalo teman SMPku sedang latihan untuk mengikuti OSN, ya OSN sebuah olimpiade sains tingkat nasional. Seketika dunia sempit, meremas hati, dan dadaku menjadi sesak, mataku menjadi tidak jelas, aku menangis, aku menyesal masuk ke sekolah boarding, bukan kalau aku tidak disini aku juga dapat ikut olimpiade tersebut, bisa lebih mengembangkan diri. Teman SMP, teman sepercontekan denganku sekarang ikut olimpiade sedangkan aku tidak! Dia menjadi lebih baik dariku sekarang. Tapi, Allah berkehendak lain, aku tidak diizinkan untuk menyesali hal tersebut. Bu Sulis tiba-tiba datang ke asramaku untuk mengantar titipan dan ketika melihatku menangis ia langsung memberikan motivasi yang mengingatkanku bahwa aku ini beruntung. Aku beruntung dapat menjauh dari hubungan bukan mahram yang menimbulkan zina, bahkan zina yang hanya saling memandang, aku beruntung bisa menghafal Al-Qur’an yang sangat menenangkan hati, beruntung dapat mendalami agama, merasakan kebersamaan yang menyenangkan dan yang paling penting aku beruntung dapat mempelajari Ath-Tibun Nabawi dengannya.
Berdiam di UKS saat itu adalah hal paling menyenangkan bagiku, bahkan di saat sakit (saat itu aku terkena gejala typus dan sembuh setelah selama 3 hari di rawat intensif) sekalipun. Obat di sana sangat menyenangkan, ada madu, susu kambing, coklat panas, kurma, spirulina, habbatusauda. Hmmm, mungkin kalau di hitung harganya cukup fantastic. Alhamdulillahnya karna ini UKS bukan klinik, pengobatan siswa gratis :’D

UKS selalu mempunyai kelebihan, perawatnya selalu bisa membuat kita kembali sehat dengan mood yang bagus dan pendampingnya adalah dokter yang memiliki pengalaman hebat. Namun, pertemuan selalu berakhir perpisahan. Suatu hari aku mendapat sebuah kertas biru, sebuah undangan pernikahan Ka Luthfi, senang, namun sedih, kaka cantik itu akhirnya tidak akan merawat pasien di uks lagi. Setelah ia pergi, uks terasa sepi, sangat sepi, seorang dokter tak akan bisa menangani pasiennya sendirian. Setelah ia pergi pramuka juga tidak berjalan lancar, rasanya seperti memimpin organisasi tanpa arah, tanpa pembiimbing dan tersesat. Kelas sepuluhpun berakhir dengan perpisahan yang tidak menyenangkan. Memasuki awal kelas sebelas aku dikagetkan dengan kabar bahwa Bu Sulis juga mengudurkan diri, mungkin ia lelah bekerja sendiri pikirku.
Kini UKS seperti rumah sakit tanpa dokter, hanya ada tempat istirahat dan orang sakit. Walau uks selalu mendapatkan peganti, namun dimataku belum ada dokter yang lebih hebat, lebih peratian, lebih mengutamakan herbal dan berpengalaman seperti  Bu Sulis. Belum ada juga perawat seperatian, selembut, dan sesigap ka Luthfi, mereka adalah dua kombinasi yang sangat 'klop'. Sekarang UKS hanyalah klinik biasa, bukan klinik dimana kami mendapat ilmu hebat, ya semua itu hanyalah goresan kecil di hati.

Comments

Popular Posts