Rembulan yang Terus Berganti


Matanya berbinar di antara cahaya yang menari diantara rimbunnya pepohonan. Warna kemilau coklat matanya berpadu dengan senyum tulus miliknya. Aku tersenyum kembali, baru tiga bulan kami tak bersua secara langsung. Rasanya kini tingginya sudah bertambah, rambutnya sudah lebih panjang, sifatnya juga semakin dewasa. Nada bicaranya yang hangat membuatku nyaman berada disekitarnya, mungkinkah ini arti lain dari kata rindu?

Aku sadar, dihari itu sepatu yang ia kenakan sudah tidak kukenali lagi. Mungkin kini ukuran sepatunya juga bertambah. Mungkin juga kini aktivitasnya sudah lebih banyak. Tanpa sadar, mataku di kala itu sudah berkaca-kaca.

“Kamu kenapa?” tanyanya dengan lembut.

“Aku senang melihatmu tumbuh.”



Hari itu aku memandangnya lebih dalam, mungkin apa yang kulihat hari ini tak akan bisa kulihat lagi. Lalu setelah waktu berlalu, mungkin air mata disaat itu adalah arti lain dari ketakutanku untuk kehilangannya. Aku sadar kami tumbuh, tumbuh lebih baik ke arah yang berbeda, dengan kecepatan yang berbeda juga. Bulan purnama sudah berganti beberapa kali saat kami akhirnya bertemu kembali. Kami saling tersenyum dengan tatapan kosong, dan mulai bertanya,

'Apa yang membuat kami harus tetap bersama?'

Rembulan yang tertutup awan, mengiringi awal kisah baru diantara kami. Bukan hanya dia yang terus tumbuh, Pintu lemariku kini sudah penuh dengan kertas-kertas motivasi dari berbagai orang istimewa karna aku akan menjalankan ujian. Kertas kecil warna-warni sibuk kutuliskan balasan kata-kata penyemangat, untuk banyak orang yang selama ini tak kusadari tersenyum disekelilingku. Ketika malam tiba, kemerlap kota bintang membuatku bertanya ‘apa yang sedang ia lakukan sekarang? Ia sudah tumbuh menjadi seperti apa?’

Rembulan baru yang lebih terang hadir, menghangatkan keberhasilan yang telah digapai. Cahaya membuat prestasi yang diapai semakin gemilang. Awan terkadang mengirinya, lalu ia kembali bersinar. Rasanya kota hujan ini selalu membuatku ingin bertanya ‘apa saja yang sudah dia capai? Apa saja yang sudah ia lihat?’

Beberapa hari yang lalu, aku merasa orang-orang disekitarku tumbuh sangat cepat. Mengejar banyak impian, memberi lebih banyak, dan menghasilkan banyak hal hebat. Beberapa dari mereka sudah bolak-balik ke luar negri bagai jalan-jalan ke taman belakang rumah. Beberapa dari mereka juga menulis banyak pemikiran hebat yang sudah terpublikasi resmi. Ada juga yang sudah mengoleksi berbagai sertifikat seperti mengoleksi komik berseri yang terbit setiap bulan. Ada juga si tempramen yang susah bergaul, sekarang sudah berkembang dan mengayomi banyak orang. Mereka hebat, gumanku.

Rasi bintang yang terus berganti menemani sang rembulan terasa sangat cepat. Mereka yang memanfaatkan waktu luangnya kini sudah bisa menuai hasil. Lalu ketika bulan penuh menyapa kembali, mulailah aku mempertanyakan 21 tahun yang terlewat ini sudah apa saja yang kulakukan. Terkadang waktu luang tersebut berlalu begitu saja, hingga tidak tau apa yang akan kutuai sekarang. Bulan baru tersenyum, bagai bertanya apa hal yang sudah kamu mulai dan tekuni kini?

Bulan purnama penuh akhirnya mengajarkan arti dari 10.000 jam. Bahwa setiap orang akan menjadi ahli dibidang tersebut bila sudah menekuni bidang tersebut selama 10.000 jam. Bukan berdasarkan bakat, bukan berdasarkan kamu terlahir dimana. Bulan purnama akan terus berganti, menunggu dirimu sampai pada tahap tersebut.

Manusia akan terus tumbuh, awal bulan baru kini sedang tersenyum. Ramadhan, bulan yang menempamu untuk lebih baik sudah berlalu. Awal Syawal ini menunggumu untuk memulai, lalu fokus, hingga kau bisa menuainya nanti. Hangatnya rembulan akan menuntun umurmu yang semakin dewasa sekaligus menanyakan hal apa yang sudah kau capai pada detik ini.

Rembulan akan terus berganti,

Karya apa saja yang sudah kau buat?

Ayo buat karya yang bisa dibanggakan!

Comments

Popular Posts