Rembulan yang Terus Berganti
Matanya berbinar di antara cahaya yang menari diantara rimbunnya pepohonan. Warna kemilau coklat matanya berpadu dengan senyum tulus miliknya. Aku tersenyum kembali, baru tiga bulan kami tak bersua secara langsung. Rasanya kini tingginya sudah bertambah, rambutnya sudah lebih panjang, sifatnya juga semakin dewasa. Nada bicaranya yang hangat membuatku nyaman berada disekitarnya, mungkinkah ini arti lain dari kata rindu? Aku sadar, dihari itu sepatu yang ia kenakan sudah tidak kukenali lagi. Mungkin kini ukuran sepatunya juga bertambah. Mungkin juga kini aktivitasnya sudah lebih banyak. Tanpa sadar, mataku di kala itu sudah berkaca-kaca. “Kamu kenapa?” tanyanya dengan lembut. “Aku senang melihatmu tumbuh.”